:❤:: ARTI KESETIAAN ::❤::
Kisah nyata yang bagus sekali untuk
contoh kita semua yang saya dapat dari millis sebelah (kisah ini pernah
ditayangkan di MetroTV).
Ini
cerita nyata, beliau adalah Bapak Eko Pratomo Suyatno, Direktur Fortis
Asset Management yang sangat terkenal di kalangan Pasar Modal dan
Investment, beliau juga sangat sukses dalam memajukan industri Reksadana
di Indonesia. Apa yang diutarakan beliau adalah sangat benar sekali.
Silakan baca dan dihayati.
Dilihat dari usianya beliau sudah
tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak
Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit
istrinya juga sudah tua.Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Mereka
dikarunia 4 orang anak.
Disinilah awal cobaan menerpa, setelah
istrinya melahirkan anak keempat tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa
digerakkan. Itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ke tiga,
seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang,
lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Setiap hari Pak
Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat
istrinya keatas tempat tidur. Sebelum berangkat kerja, dia letakkan
istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian. Walau
istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum.
Untunglah tempat usaha pak suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya
sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.
Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas
sore dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa-apa
saja yang dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa memandang
tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang, bahkan dia
selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.
Rutinitas ini
dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat
istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka, sekarang
anak-anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.
Pada suatu hari, ke empat anak suyatno berkumpul dirumah orang tua
mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah anak mereka menikah,
sudah tinggal dengan keluarga masing-masing dan Pak Suyatno memutuskan
ibu mereka dia yang merawat, yang dia inginkan hanya satu semua anaknya
berhasil.
Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung
berkata “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat
bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak,
bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu”.
Dengan air mata
berlinang anak itu melanjutkan kata-kata: “sudah yang keempat kalinya
kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan
mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban
seperti ini kami sudah tidak tega melihat bapak. Kami janji kami akan
merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”.
Pak Suyatno
menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya: “Anak-anakku…
Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin
bapak akan menikah.. tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian
disampingku itu sudah lebih dari cukup, dia telah melahirkan kalian.
Sejenak kerongkongannya tersekat, kalian yang selalu kurindukan hadir di
dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan
apapun.”
“Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan
keadaannya seperti ini? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin
bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya sekarang, kalian
menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang
lain? Bagaimana dengan ibumu yg masih sakit.”
Sejenak
meledaklah tangis anak-anak pak suyatno. Merekapun melihat
butiran-butiran kecil jatuh dipelupuk mata ibu Suyatno. Dengan pilu
ditatapnya mata suami yg sangat dicintainya itu.
Sampailah
akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk
menjadi nara sumber dan mereka pun mengajukan pertanyaan kepada Suyatno,
kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yang sudah tidak
bisa apa-apa.
Disaat itulah meledak tangis beliau dengan tamu
yang hadir di studio, kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan
haru. Disitulah Pak Suyatno bercerita..” Jika manusia didunia ini
mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi
(memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) itu adalah kesia-siaan”.
“Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia
sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan
bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yang
lucu-lucu. Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama.
Dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen
untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari
penggantinya apalagi dia sakit…”
**Semoga cerita ini bermanfaat untuk Anda renungkan "Arti Kesetiaan", Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar